Senin, 25 Maret 2013

PENGANTAR AKUNTANSI II



BAB 1
PENGENDALIAN INTERN DAN AKUNTANSI UNTUK KAS
Kas adalah aktiva yang memiliki dan digunakan pada hamper dan semua perusahaan. Kas meliputi uang tunai (uang kertas maupun uang logam), dan kertas-kertas berharga yang dapat disamakan dengan uang, serta simpanan di bank yang dapat digunakan sewaktu-waktu (misalnya rekening giro).
Kas dapat diubah menjadi aktiva lain dan digunakan untuk membeli barang atau jasa, serta memenuhi kewajiban dengan lebih mudah bila dibandingkan dengan aktiva lainnya. Oleh karena itu kas juga dapat disebut aktiva liquid (cair). Oleh karena sifatnya yang sangat liquid , kas sering menjadi sasaran kecurangan atau pencurian. Itulah sebabnya dalam akuntansi untuk kas, prosedur-prosedur untuk melindunginya dari pencurian dan penyalahgunaan sangat penting artinya. Prosedur-prosedur pengendalian intern yang akan diterangkan dalam bab ini sebenarnya dapat diterapkan pada semua aktiva lain yang dimiliki perusahaan, namun penerapannya atas kas dipandang sangat penting.

PENGENDALIAN INTERN
Dalam perusahaan kecil, pemilik perusahaan dapat melakukan pengawasan atas semua operasi perusahaan melalui pengawasan langsung dan terlibat langsung dalam operasi perusahaannya. Sebagai contoh, pemilik biasanya menangani sendiri pembelian semua aktiva dan jasa yang digunakan dalam perusahaan. Pemilik yang sekaligus merangkap sebagai manajer ini biasanya juga mengangkat dan mengawasi karyawan, menangani kontrak-kontrak, dan menandatangani cek. Oleh karena itu jika manajer akan menandatangani cek yang akan dikeluarkan untuk pembelian barang atau jasa, ia dapat mengetahui dengan pasti bahwa barang atau jasa tersebut benar-benar telah diterima. Akan tetapi jika perusahaan telah berkembang menjadi perusahaan besar, maka kontak-kontak langsung seperti dlukiskan diatas menjadi sulit untuk dilakukan. Untuk mengatasi hal itu , dalam menjalankan perusahaan, manajer harus mendelegasikan sebagian wewenangnya dan mengandalkan pada prosedur-prosedur pengendalian intern.
Sistem pengendalian intern yang dirancang dengan baik akan dapat mendorong ditetapkannya kebijakan manajemen. Selain itu juga mendorong terciptanya efesiensi operasi; melindungi aktiva perusahaan dari pemborosan, kecurangan dan pencurian; serta menjamin terciptanya data akuntansi yang tepat dan bisa dipercaya.
Prosedur-prosedur pengendalian intern berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya dan bergantung pada beberapa factor, seperti sifat operasi dan besarnya perusahaan, namun demikian prinsip-prinsip pengendalian intern yang pokok dapat diterapkan pada semua perusahaan. Tujuh buah prinsip pengendalian intern yang pokok meliputi:
1)    Penetapan tanggungjawab secara jelas.
2)    Penyelenggaraan pencatatan yang memadai.
3)    Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan.
4)    Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva.
5)    Pemisahan tanggungjawab atas transaksi yang berkaitan.
6)    Pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan).
7)    Pelaksanaan pemeriksaan secara independen.
Ketujuh pbuah prinsip pengendalian intern di atas akan dibahas dalam uraian berikut.

Penetapan tanggung jawab secara jelas
Untuk menciptakan pengendalian intern yang baik, manajemen harus menetapkan tanggungjawab secara jelasdan tiap orang memiliki tanggungjawab untuk tugas yang diberikan kepadanya.apabila tanggungjawab tidak jelas dan terjadi kesalahan, maka akan sulit untuk mencapai siapa yang akan bertanggungjawab atas kesalahan tersebut.sebagai contoh bila dua orang petugas bagian penjualan menggunakan satu buah peti penyimpanan uang yang sama dan terjadi kekurangan kas, maka akan sulit untuk mencari petugas yang mana yang telah melakukan kesalahan. Biasanya mereka akan saling menyalahkan, dan saling melempar tanggungjawab. Untuk mengatasi masalah semacam itu, manajemen menyediakan peti penyimpanan uang yang khususuntuk semua petugas atau salah satu petugasdiberi tanggungjawab untuk menangani pemberi uang kembalian.

Penyelenggaraan pencatatan yang memadai
Untukmelindungi aktiva dan menjamin bahwa semua karyawan melaksanakan prosedur yang ditetapkan, maka perlu pencatatan yang baik. Catatan yang dipercaya bisa menjadi sumber informasi yang dapat digunakan manajemen untuk memonitor operasi perusahaan. Sebagai contoh apabila perusahaan tidak memiliki catatan yang terinci mengenai peralatan pabrik dan perlengkapan lainnya, maka kehilangan salah satu diantaranya dapat terjadi tanpa diketahuinya, atau kalaupun diketahui sulit untuk melacaknya. Contoh lain apabila perusahaan tidak memiliki daftar rekening atau kode rekening tidak ditaati sebagaimana mestinya, maka transaksi akan dicatat pada rekening yang salah. Akibatnya manajemen tidak menyadari bahwa transaksi tersebut telah melewati kewajaran.
            Untuk menciptakan pengendalian intern yang baik  perusahaan harus merancang formulir-formulir (business papers) secara cermat sesuai dengan kebutuhan, dan menggunakan dengan benar. Sebagai contoh, apabila formulir order penjualan dirancang dengan baik, maka petugas penjualan dapat mencatat informasi secara tepat dan efisien, tanpa ditunda-tunda sehingga pembeli tidak usah menunggu terlalu lama. Selain itu apabila formulir order diberi nomor urut tercetak dan diawasi penggunaannya, maka petugas penjualan dapat diberi tanggung jawab mengenai pemakaian formulirr yang berada dibawah pengawasannya. Dengan cara seperti ini, petugas penjualan tidak mungkin menyembunyikan  penjualan, memusnahkan dokumen penjualan, dan memgambil uangnya.

Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan
Kekayaan perusahaan harus diasuransikan dengan jumlah pertanggungan yang memadai. Demikian pula karyawan yang menangani kas dan surat-surat berharga harus dipertanggungkan, salah satu cara mempertanggungkan karyawan ialah dengan cara membeli polis asuransi atas kerugian yang diakibatkan pencurian oleh karyawan. Cara seperti ini akan mengurangi pencurian, karena perusahaan asuransi (penanggung) akan melakukan pengusutan, seandainya terjadi kekurangan (kehilangan) kas.

Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva
Prinsip pokok pengendalian internmasyarakat bahwa pegawai yang menyimpan atau bertanggung jawab pada aktiva tertentu, tidak diperkenekan mengurusi catatan akuntansi atas aktiva yang bersangkutan. Apabila prinsip ini diterapkan, pegawai yang bertanggungjawab atas suatuaktiva tertentu cenderung untuk tidak memanipulasi atau mencuri aktiva yang menjadi tanggungjawabnya karena ia tahu bahwa ada oranglain yang mencatatnya atas aktiva tersebut. Di lain pihak, pegawai yang menyelenggarakan tidak mempunyai alas an untuk membuat catatan yang tidak benar, karena aktiva yang bersangkutan berada di tangan orang lain. Prinsip ini hanya dapat di terobos melalui persekongkolan.


Pemisahan tanggung jawab atas transaksi yang berkaitan
Pertanggungjawaban atas transaksi yang berkaitan atau bagian-bagian dari transaksi yang berkaitan harus ditetapkan pada orang-orang atau bagian-bagian dalam perusahaan, sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang akan diperiksa (di check) oleh orang lain. Cara seperti ini tidak perlu mengakiibatkan duplikasi pekerjaan, karena pegawai tidak perlu lagi mengulangi pekerjaan yang telah dilakukan oleh orang lain. Sebagai contoh, dalam suatu transaksi pembelian, pekerjaan pembuatan pesanan pembelian, penerimaan barang, dan pembayaran kepada pemasok, harus di tangani oleh orang atau bagian yang berbeda. Cara seperti ini dilakukan agar barang yang diterima benar-benar di checkmengenai jumlah dan kualitasnya, dan agar semua faktur pembelian di periksa dahulu ke3benaran sebelum dibayar. Selain itu cara seperti ini dapat dihindariterjadinya pembelian barang untuk keperluan pribadi si pegawai dan pembayaran atas faktur palsu.

Penggunaan peralatan mekanis (jika memungkinkan)
Apabila keadaan memungkinkan, sebaiknya perusahaan menggunakan peralatan mekanis, seperti kas register, check protector, mesin pencatat waktu, dan peralatan mekanis lainnya. Kas register yang memiliki pita pencatatan terkunci di dalamnya, akan mencatat semua transaksi penjualan tunai. Cek protector yang dapat membuat perforasi mengenai jumlah rupiah setiap check, akan bermanfaat untuk menghindari terjadinya penggantian angka rupiah pada cek. Mesin pencatat waktu akan mencatat dengan tepat  saat pegawai mulai masuk kerja dan meninggalkan pekerjaan.

Pelaksanaan pemeriksaan secara independen
Apabila suatu sistem engendalianintern telah dirancang dengan baik, penyimpangan tetap mungkin terjadi sepanjang waktu. Apabila terjadi penggantian karyawan atau karyawan sedang kelelahan, maka prosedur yang telah ditetapkan akan di abaikan atau dilangkahi. Maka dari itu perlu pengkajian ulang secara teratur, untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur telah di ikuti secara benar. Pengkajian ulang ini harus dilakukan oleh pemeriksa intern, yang tidak terlibat langsung dalam operasi perusahaan. Apabila pemeriksa intern berkedudukan independen, maka ia dapat melekukan evaluasi mengenai efesiensi  operasi secara menyeluruhdan efektif tidaknya sistem pengendalian intern.
            Selain diperiksa oleh pemeriksa intern, perusahaan juga diperiksa oleh angkutan public yang bertindak sebagai pemeriksa ekstern. Akuntan public melakukan pengujian atas catatan akuntansi perusahaan dan melakukan prosedur pemeriksaan lainnyauntuk member pendapat apakah laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan telah disajikan sesuai dengan  prinsip-prinsip akantansi yang diterima umum. Pekerjaan petama yang dilakukan oleh angkutan public, sebelum ia melakukan pemeriksaan, ialah melakukan evaluasi apakah sistem pengendalian intern yang diterapkan perusahaan telah berjalan secara efektif.

PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KAS
Pengendalian intern yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya di perhatikan tiga prinsip pokok pengendalian intern. Pertama,harus terdapat pemisahan tugas secara tepat,sehingga petugas yang bertanggung jawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas. Kedua, semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian.ketiga,semua pengeluaran kas hendaknya di lakukan dengan menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil. Pembahasan tentang kas kecil akan di uraikan pada bagian lain dalam bab ini.
            Prinsip pertama diperlukan agar petugas yang bersangkutan dengan transaksi kas tidak dapat dengan mudah melakukan penggelapan kas, kecuali mereka bersekongkol. Prinsip ke dua dirancang agar petugas yang menangani kas tidak mempunyai kesempatan untuk menggunakan kas perusahan untuk keperluan pribadi. Prinsip ke tiga (semua pembayaran dilakukan dengan menggunakan cek) selain merupakan akibat prinsip ke dua,juga di maksudkan agar semua transaksi kas memiliki pencatatan yang terpisah dan dilakukan oleh pihak diluar perusahan (ekstern). Hasil pencatatan yang dilakukan oleh bank dituangkan dalam laporan bank yang dapat dijadikan konfirmasi atas catatan yang dilakukan oleh perusahan.
            Prosedur-prosedur yang digunakan untuk menagawasi kas, bisa berbeda antara peusahan yang satu dengan perusahan lainnya. Hal ini tergantung pada berbagai factor, sepeti besarnya perusahan, jumlah karyawan, sumber-sumber kas, dan sebagainya. Oleh karena itu hendaknya dipahami bahwa prosedor-prosedur yang akan di uraikan da bawah ini hanyalah mer4upakan sekadar contoh darai praktek yang banyak digunakan pada berbagai perusah.


PENERIMAAN KAS DARI PENJUALAN TUNAI
Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan tunai sebaiknya dilakukan dengan melalui kas register pada saat transaksi penjualan terjadi. Untuk menjamin bahwa angka rupiah yang di masukan (dicatat) ke dalam kas register sesuai dengan harga jual yang sesungguhnya, maka kas register harus ditempatkan pada loket kasir sedemikian rupa, sehingga dapat yterbaca oleh si pembeli. Selain itu petugas diwajibkan untuk menjalankan mesin kas register yang ditandai dengan keluarnya bunyi “kring” sebagai tanda bahwa mesin telah mencatat data yang dimasukkan ke dalamnya. Hal terakir yangt perlu diperhatikan adalah merancang kas register sedemikian rupa,sehingga mesin kas register hanya dapat dibuka oleh yang bewenang. Hal ini di maksudkan agar catatan dalam kas register bisa dipercaya karena tidak mudah diubah oleh sembarang orang dan bersifat permanen. Banyak perusahan yang menghubungkan ke registernya lansungke komputernya.komputer di program agar mencatat data yang di oleh petugas penjualan ke dalam ksa register, lansung ke catatan akuntansi.
Cara lain yang sebenarnya sudah agak kuno ialah dengan menempatkan gulungan kertas pencatat dalam kas register. Pada setiap jam tertentu, petugas pemeriksa membuka ke catatan akuntansi.seperti telah di atas pemegang kas harus dioisahkan dari petugas



Tidak ada komentar:

Posting Komentar