Aroma farfum yang
kau curahkan di pinggir malam itu, adalah aku
Bahasa tubuhmu
menyeret nafsu hingga malam menjepitku
Di antara semak
ilalang yang mengggiur
Dan aku terjatuh
di hembusan musim yang kau cipta
Purnama berkelana
di atas genteng
Menerangi bayangku
dan perawan yang kian mendusta
Aku kaget akan
rembulan yang membawa air mata
Tiba-tiba kau
tampakan ujung hidung mu di depan mata
Suara haru melilit
di tiap sudut kamarku
Mengelus janin
yang terjadi di malam itu
Siang kini telah
membawa kecemasan
Tak mungkin aku memikul malam bersama mu
Hei perawan yang
bertelanjang dada
Jangan kau tabur
peluru-peluru emas mu
Aku takut mataku
membuta kembali
Oleh sehelai kain yang tak dapat menutupi
tubuh indahmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar