Tugas pengantar
akuntansi ii
Oleh:
Nama: Moh. Hasyim
Nim: 2010120023
Prodi: Manajemen UNITRI
BAB II
PIUTANG
DAGANG DAN PIUTANG WESEL
Penjualan barang atau jasa adalah merupakan sumber
prndapatan perusahaan,dalam melaksanakan
penjualan kepada konsumen,perusahaan dapat melakukannya secara tunai atau secara kredit. Sudah barang tentu
perusahaan akan akan segera ,enerima akasa dan kas tersebut dapat segera
digunakan kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Dipihak lain para
konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan
secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataanya, penjualan
kredit pada kebanyakan perusahaan biasanya jauh lebih besar dari penjualan
tunai. Penjualan kredit menimbulkan adanya piutang atau tagihan. Transaksi
kredit paling sedikit melibatkan dua pihak – kreditur, yaitu pihak yang menjual
barang atau jasa yang memperoleh piutang, dan
debitur yaitu pihak yang melakukan pembelian dan menjadikan utang, bab
ini akan membahas akuntansi piutang yang dilakukan oleh pihak kreditur.
JENIS JENIS PIUTANG
Piutang
timbul apabila perusahaan menjual barang atau jasa kepada perusahaan lain (atau
orang lain) secara kredit. piutang merupakan hak untuk menagih
sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya
sebuah transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan
secara keredit.
Dalam
praktek dikenal dua jenis piutang, yaitu piutang dagang dan piutang wesel.
Piutang dagang adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh sipembeli kepda
perusahaan. piutang dagang umunya berjangka waktu kurang dari satu
tahun ,karena itu piutang dagang dalam neraca dilaporkan sebagai aktiva lancer.
Piutang dagang harus dibedakan dari piutang wesel ataupun piutang pendapatan
(pendapatan yang masih akan diterima) dan dari aktiva lain yang tidak timbul
dari penjualan sehari-hari, karena piutang dagang berkaitan erat dengan operasi
perusahaan yang utama. Selain itu jumlah rupiah yang dimasukkan sebagai piutang
dagang harus dapat ditagih dalam jangka waktu normal yang tercermin dalam
termin penjualan yang ditetapkan perusahaan. Sebagia contoh, apabila perusahaan
menetapkan termin penjualan 2/30,n/30, maka piutang yang timbul diharapkan akan
dapat diterima dalam jangka waktu paling lama 30 hari sejak transaksi penjualan
kredit.
piutang
wesel lebih
formal bila dibandingkan dengan piutang dagang .debitur (pihak yang harus
membayar) dalam piutang wesel membuat sesuatu janji tertulis kepada kreditur
untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat perjanjian pada waktu
tertentu , dimasa yang akan datang jangka waktu wesel bisa bermacam-macam tetapi
pada umumnya paling sedikit 60 hari. Surat wesel yang dipegang oleh pihak
kreditur menjadi tanda bukti adanya piutang wesel. Berbeda dengan piutang
dagang, piutang wesel juga bisa timbulkan karena transaksi peminjaman uang,
dalam hal ini peminjam (debitur) membuat surat janji untuk membayar
peminjamannya beberapa waktu di masa yang akan datang. Kadang-kadang pihak
debitur meminta jaminan berupa kekayaan tertentu atas peminjaman tersebut. Ini
berarti bahwa jika pada saat jatuh tempo, peminjam tidak melunasi kewajibannya,
maka kreditur bisa menjual jaminan tersebut sebagai pengganti uang yang harus
diterimanya.
Piutang lancer, tetapi jika waktunya melebihi satu
tahun, maka diperlakukan sebagai piutang jangja panjang. Kadang-kadang piutang
wesel dapat dilunasi secara angsuran. Bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun, diperlakukan sebagai aktiva lancer, sedangkan bagian yang lebih
dari satu tahun dilaporkan sebagai piutanng jangka panjang.
Piutang
lain-lain terdiri atas macam-macam piutang, tagihan yang tidak termasuk
dalam piutang dagang maupun piutang wesel. Dalam katagori ini termasuk
didalamnya piutang kepada karyawan perusahaan, direksi perusahaan, dan piutng
kepada cabang-cabang perusahaan. Pada umumnya piutang semacam ini termasuk
piutang jangka panjang, tetapi bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun harus dilaporkan sebagai aktiva lancar. Piutang wesel jangka panjang dan
piutang lain-lain biasanya dilaporkan dalam neraca di bawah (sesudah) aktiva
lancar, yaitu pada kelompok aktiva tak lancar sebelum aktiva tetap. Dalam buku
besar, setiap jenis piutang di catat dalam rekening tersendiri. Apabila perlu
setiap rekening piutang dapat juga dilengkapi dengan buku pembantu piutang.
BAGIAN KREDIT
Penjualan
kredit mengantung resiko bagi perusahaan yang berupa kerugian yang harus
diderita apabila debitur tidak membayar kewajibannya. oleh karena itu penjualan
kredit, terutama yang berjumlah besar, hanya dapat dilakukan pada pihak yang
bonafit. Untuk itu perusahaan besar yang banyak melakukan transaksi penjualan
secara kredit pada umumnya mempunyai bagian khusus yang disebut bagian kredit.
Bagian ini bertugas untuk mengevaluasi calon pembeli yang akan melakukan
pembelian secara kredit. Evaluasi tersebut meliputi pendapatan calon pembeli,
riwayat kredit pada masa lalu (kalau ada), dan faktor-faktor lainnya untuk
menentukan apakah permohonan kredit dapat dikabulkan atau tidak. apabila
penjualan kredit dapat disetujui, maka tugas bagian kredit selanjutnya adalah
memonitor catatan pembayaran dari debitur yang bersangkutan, termasuk penentuan
batas kredit yang dapat diberikan. Dalam hubunganya dengan bagian akuntansi,
bagian kredit juga dapat membantu menaksir kerugian yang mungkin timbul dari
debitur-debitur tertentu.
BAGIAN PERTAMA PIUTANG DAGANG
Masalah-masalah
akuntasi yang bersangkuta dengan piutang dagang meliputi tiga hal, yaitu :
1. Pengakuan piutang
dagang
2. Penilaian piutang
dagang
3. Pengalihan piutang
dagang
PENGAKUAN PIUTANG DAGANG
Pada
bab 7 dasar dasar akuntansi jilid 1 telah dibahas pencatatan transaksi
penjualan kredit yang menimbulkan piutang bagi perusahaan, untuk
mengingatkankembali, dimisalkan pada tanggal 1 juli 1992 perusahaan dagang
merapi menjual barang kepada perusahaan merbabu seharga Rp. 100.000,00 dengan
termin 2/10,n/30. Pada tanggal 5 juli, barang seharga Rp 100.000,00
dikembalikan oleh perusahaan merbabu kepada perusahaan merapi. Tanggal 11 juli,
perusahaan merapi menerima pembayaran dari perusahaan merbabu sebesar saldo
tagihannya. Jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di atas dalam pembukuan
perusahaan merapiadalah sebagai berikut :
Juli 1
Piutang Dagang ………………………………..
100.000,00
Penjualan …………………………………… 100.000,00
(Penjualan kredit kepada perusaahaan
Merbabu)
5 Retur & Potongan Penjuala 10.000,00
Piutang Dagang ……………………………. 10.000,00
(Pengenbalian Barang dari perusahaan
Merbabu)
11
Kas ……………………………………………. 88.200,00
Potongan tunai penjualan
1.800,00
Piutang Dagang
……………………………............. 90.000,00
Potongan
tunai biasanya diberikan oleh produsen (pabrik) kepada grossir (pedagang
besar), atau dari grossir kepada took-toko pengecer yang umumnya merupakan
langganan dan transaksinya dilakukan dalam partai besar. Potongan tunai semacam
ini tidak pernah kita jumpai dalam transaksi penjualan dari toko pengecer
kepada konsumennya.
PENILIAN PIUTANG DAGANG
Apabila piutang dagang telah dicatat dalam pembukuan, persoalan berikutnya
adalah bagaimana melaporkan piutang dagang dalam neraca. Menurut prinsip
akuntansi Indonesia piutang dagang harus dicatat dan dilaporkan sebesar nila kas (neto) yang bisa direalisasi yaitu
jumlah kas bersih yang diperkirakan dapat diterima, jumlah atau nilai kas
bersih yang dapat diterima adalah jumlah piutang bruto setelah setelah
dikurangi dengan taksiran jumlah (nilai) piutang yang tidak dapat diterima.
Oleh karena itu penentuan nilai kas bersih yang diterima memerlukan penaksiran
jumlah piutang yang tidak akan dapat diterima.
Kerugian
Piutang
Di atas telah disebutkan bahwa penjualan kerdit disamping mendatangkan
keuntungan, juga bisa membawa kerugian bagi perusahaan. Penjualan secara kredit
akan menguntungkan perusahaan karena lebih menarik bagi calon pembeli sehingga
volume penjualan meningkat yang berarti menaikan pendapatan perusahaan. dilain
pihak pejualan secara kredit seringkali mendatangkan kerugian, yaitu apabila si
debitur tidak mau dan tidak mapu melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini dalam
akuntansi dikenal dengan berbagai nama, seperti kerugian piutang, biaya piutang
tak tertagih, dan biaya piutang ragu-ragu. Dalam buku ini penulis menggunakan
salah satu istilah yang lazim yaitu kerugian piutang. Dalam akuntansi, kerugian
akibat piutang tak dapat ditagih dicatat dengan mendebet rekening kerugian
piutang, kerugian semacam itu dalam dunia usaha dianggap sebagai hal yang
normal dan merupakan resiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan yang
melakukan penjualan secara kredit. Ditinjau dari sudut pandang manajemen,
adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar menunjukkan bahwa kebijakan
kredit yang ditetapkan perusahaan sudah tepat. Kerugian piutang yang terlalu
rendah member petunjuk bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu ketat,
sebaliknya kerugian perusahaan terlalu tinggi dapat diartikan bahwa kebijakan
kredit perusahaan terlalu longgar.
Pencatatan
kerugian dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu (1) metode cadangan, dan (2)
metode penghapusan langsung. Kedua metode tersebut akan diuraikan di bawah ini
:
Metode
Cadangan
Dilakukan apabila kerugian piutang yang biasa terjadi cukup besar jumlahnya.3
hal untuk menerapkan metode ini:
1. Kerugian piutang tak tertagih
ditentukan jumlkah melalui taksiran dan ditandingkan (matchad) dengan
penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya
penjualan.
2. Jumlah piutang yang ditaksir
tidak akan dapat diterima dicatat dengan mendebet rekening kerugian piutang dan
mengkredit rekening cadangan kerugian piutang.
3. Kerugian piutang yang
sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebet rekening cadangan kerugian piutang
dan mengkreditkan rekening piutang dadang pada saat suatu piutang dihapus dari
pembukuan.
Pencatatan
Taksiran Kerugian Piutang
Sebagai contoh untuk memberikan ganbaran penerapan metode cadangan, dimisalkan
bahwa PT Kerinci pada tahun 1991 melakukan penjualan kredit sebesar Rp.
1.200.000,00 dari jumlah tersebterdapatt piutang sebesar Rp. 200.000,00 yang
belum dapat ditagih sampai tanggal 31Desember. Manajer kredit memperkirakan
bahwa dari piutang belum tertagih tersebut, sebesar Rp.12.000,00 diantaran
tidak mungkin dapat diterima. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat untuk
mencatat taksiran kerugian piutang adalah :
Des 31 Kerugian
Piutang ………………….. 12.000,00
Cadangan Kerugian Piutang …... 12.000,00
(Untuk Mencatat Taksiran
Kerugian Piutang)
Kerugian
piutang dilaporkan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi. (biasanya
dikelompokkan sebagai kelompok penjualan). dengan cara demikian taksiran
kerugian piutang ditandingkan dengan penjualan tahun 1991 karena biaya dicatat
pada periode yang sama dengan periode penjualannya. Rekening cadangan kerugian
piutang adalah suatu rekening kontra (lawan) yang diperirakan tidak akan dapat
ditagih di masa yang akan datang. Rekening ini pada akhir tahun tidak ditutup,
melainkan dicantumkan dalam neraca pada kelompok aktiva lancar sebagai
pengurang terhadap rekening piutang dagang, sebagai berikut:
Piutang
Dagang ………………….. Rp. 200.000,00
Kurangi:
Cadangan kerugian
Piutang ……… ………… (12.000,00) Rp. 188.000,00
|
Jumlah
Rp. 188.000,00 menggambarkan taksiran nilai kas bersih yang bisa direalisasi
dari piutang dagang (atau biasa disebut juga nilai tunai piutang dagang) yang
dilaporkan pada tanggal neraca.
Pencatatan
Penghapusan Piutang
Apabila segala upaya untuk menagih piutang yang sudah lewat waktu tidak
mendatangkan hasil, dan perusahaan berkeyakinan bahwa piutang tersebut tidak
mungkin dapat diterima pelunasannya, maka piutang demikian harus dihitung dari
pembukuan. Untuk mencegah penghapusan terlalu dini, maka penghapusan piutang
harus mendapat persetujuan dari manajemen yang ditentukan perusahaan. Sebagai
contoh, bagian penagihan pada PT. Kerinci pada tanggal 1 mei 1992 memberikan
persetujuan bahwa piutang pada PT Semeru sebesar Rp. 500,00 di hapus dari
pembukuan karena tidak mungkin dapat diterima pelunasannya. Jurnal untuk
mencatat penghapusan piutang tersebut adalah sebagai berikut :
Mei 1 Cadangan
kerugian piutang ………………. Rp. 500,00
Piutang Dagang ……………………….. Rp. 500,00
(Penghapusan piutang
kepada PT Semeru)
Jurnal
diatas bukan jurnal penyesuaian. Perhatikan bahwa dalam penghapusan piutang,
rekening kerugian piutang tidak didebet. Dalam metode cadangan, setiap
penghapusan piutang dicatat dengan mendebet rekening cadangan dan bukan
rekening kerugian piutang, bila perusahaan mendapat rekening kerugian piutang,
maka hasilnya akan menjadi tidak tepat, karena biaya (kerugian) telah dicatat melalui jurnal
penyesuaian ketika perusahaan menaksir jumlah kerugian yang akan diderita pada
setiap akhir tahun. Setelah jurnal diatas dibukukan kedalam buku besar, maka
rekening-rekening yang bersangkutan akan Nampak sebagai berikut :
PIUTANG DAGANG
1/192 Saldo 200.000,00
1/5/92 500,00
CADANGAN KERUGIAN PIUTANG
1/5/92 500,00 1/1/92 12.000,00
|
Penghapusan
sutau piutang akan mengurangi rekeninh piutang dagang maupun rekening cadangan
kerugian piutang, tetapi nilai tunai yang dapat direalisasi dari piutang tetap
tidak berubah, seperti Nampak di bawah ini :
Sebelum Sesudah
Penghapusan Penghapusan
Piutang Dagang ………………………. Rp.
200.000,00 Rp. 199.000,00
Cadangan Kerugian Piutang …………. 12.000,00 11.500,00
Nilai Tunai Piutang ………………….. Rp. 188.000,00 Rp. 188.000,00
Penerimaan
Kembali Piutang Yang Telah Dihapus
Kadang kadang perusahaan berhasil menerima pembayaran dari piutang yang telah
dihapus karena dianggap sudah tidak mungkin dapat ditaging. hal semacam ini
disebut penerimaan kembali piutang. apabila terjadi penerimaan kembali suatu
piutang yang dihapus, maka perusahaan harus membuat dua ayat jurnal, yaitu: (1)
ayat jurnal untuk mencatat balik piutang yang telah dihapus sehingga tercatat
kembali dalam pembukuan sebagai piutang. Dan (2) jurnal untuk mencatat
penerimaan kas dari piutang yang telah dihapus. Sebagai contoh, apabila PT
Semeru melakukan pembayaran kewajuban kepada PT Kerinci pada tanggal 1 Juli
(rekening piutang kepada PT Semeru telah dihapus dalam pembukuan PT Kerinci),
maka jurnal yang harus dibuat oleh PT Kerinci adalah sebagai berikut :
(1)
Juli 1 Piutang Dagang……………………. Rp. 500,00
Cadangan
Kerugian Piutang Rp.
500,00
(untuk
mencatat balik piutang
Kepada
PT Semeru yang telah di hapus
(2)
1 Kas…………………………………. Rp. 500,00
Piutang
Dagang……………………………………. Rp. 500,00
(untuk
mencatat penerimaan kas
Dari
PT Semeru)
seperti halnya penghapus piutang, penerimaan kembali
piutang juga hanya akan berpengaruh terhadap rekening-rekening neraca (riil).
Apabila kedua ayat jurnal diatas digabung, maka hasilnya adalah rekening kas
didebet dan rekening cadangan kerugian piutang dikredit sebesar Rp. 500,00.
Dasar
yang digunakan dalam metode cadangan
Dalam contoh diatas, jumlah piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih telah
ditetapkan oleh manajemen. untuk menaksir jumlah piutang yang tidak dapat
ditagih, manajemen dapat menggunakan dua dasar, yaitu (1) presentase dari penjualan,
dan (2) presentase dari piutang. Kedua dasar tersebut lazim digunakan dalam akuntansi. Pemilihan
diantarannya keduannya tergantung pada penekanan yang diinginkan manajemen.
Dalam hal ini manajemen mungkin lebih menekankan pada penendingan pendapatan
dan biaya, atau menitikberatkan pada jumlah nilai tunai kas yang dapat
direalisasi dalam neraca, seperti nampak dalam diagram berikut:
Ditekankan
pada
Ditekankan pada
Laporan Rugu Laba
Neraca
|
Seperti terlihat pada diagram di atas, dasar
persentase dari penjualan mengakibatkan penandingan (matching) yang lebih baik
antara pendapatan dan biaya. Sebaliknya, dasar persentase dari piutang akan menghasilkan
penaksiran yang lebih baik tentang jumlah nilai tunai piutang yang dapat
direalisasi. Namun demikian kedua dasar tersebut perlu memperhatikan pengalaman
kerugian piutang yang dialami perusahaan di masa yang lalu.
Peresentase
dari penjualan
Dalam dasar presentase penjualan, manajemen perusahaan menetapkan hubungan
presentase antara jumlah penjualan kredit dengan taksiran kerugian yang mungkin
diderita karena adanya piutang yang tak tertagih. Persentase ini didasarkan
pada pengalaman pada waktu yang lalu-lalu dan kebijakan kredit yang ditetapkan
perusahaa. Dasar yang digunakan bisa berupa total penjualan kredit atau bisa
juga penjualan kredit bersih pada tahun berjalan (tahun ini).
Sebagai
contoh misalkan PT Murni memilih dasar persentase dari penjualan dan
memperkirakan bahwa piutang sebesar 1% dari penjualan kredit bersih tidak akan
tertagih. Apabila jumlah penjualan kredit selama tahun 1992 adalah Rp.
800.000,00 maka kerugian piuang ditaksirkan akan berjumlah Rp.8.000,00 (1% dari
Rp.800.000,00) dan jurnal untuk mencatat kerugian piutang adalah sebagai
berikut:
Des 31 Kerugian
Piutang…………………………... Rp.
8.000,00
Cadangan
Kerugian Piutang……….. Rp. 8.000,00
(untuk mencatat kerugian
piutang tahun ini)
Dasar
penaksiran kerugian piutang diatas menekankan penandingan antara pendapatan dan
biaya. Oleh karena itu, jumlah kerugian piutang akan mencerminkan hubungan
persentase langsung terhadap penjualan yang menjadi dasar penaksiran kerugian
tersebut. Pada sat jurnal penyesuaian akan dibuat, jumlah saldo rekening
cadangan kerugian piutang tidak diperhatikan. Saldo rekening tersebut akan
menentukan jumlah nilai tunai piutang yang bisa direalisasi. Apabila jumlah
piutang yang dihapus (keruhian piutang sesungguhnya) berbeda cukup besar bila dibandingkan
dengan jumlah yang ditaksir, maka persentase untuk tahun berikutnya harus
diubah.
Persentase
dari Piutang
Dalam dasar presentase dari
penjualan, manajemen menetapkan suatu hubungan presentase antara jumlah piutang
dengan jumlah kerugian akibat adanya piutang yang tidak tertagih. untuk
menganalisis hal tersebut manajemen biasanya menggunakan suatu daftar yang
disebut daftar umur piutang. Dalam daftar ini debitur (konsumen) dikelompokkan berdasarkan masa lewat
waktu, yaitu jangka waktu sejak piutang tersebut seharusnya diterima hingga
tanggal pembuatan daftar umur piutang. Analisi disebut analisis umur
piutang.
Nama
pelanggan
|
Jumlah
saldo piutang
|
Belum
jatuh
|
Jumlah
hari lewat waktu
|
|||
1-30
|
31-60
|
61-90
|
Di
atas 90
|
|||
Amri
Basri
Chaerul
Dirman
Erwin
Lainya
Taksiran
Pesentase
Tak tertagih
Total
Taksiran
Tak tertagih
|
Rp 600
300
450
700
600
36.950
|
Rp 300
500
26.200
|
Rp 300
200
5.200
|
Rp 250
300
2.450
|
Rp 200
200
1.600
|
Rp 100
300
1.500
|
Rp.39.600
.
RP 2.228
|
Rp.27.000
2%
Rp 540
|
Rp.5.700
4%
Rp 228
|
Rp.3.000
10%
Rp 300
|
Rp.2.000
20%
Rp 400
|
Rp.1.900
40%
Rp 760
|
Setelah daftar dibuat, maka taksiran kerugian
piutang dapat ditentukan dengan cara menerapkan persentase yang didasarkan pada
pengalaman pada masa lalu terhadap total masing-masing kelompok umur piutang.
Berikut ini adalah contoh suatu daftar umur piutang.
Angka Rp2.228,00 dalam tabel diatas menunjukkan
jumlah tagihan kepada para debitur yang tidak diperkirakan tidak akan dapat
ditagih. Angka inilah yang merupakan saldo yang harus nampak pada
rekening cadangan kerugian piutang pada tanggal neraca. Oleh karena itu jumlah
kerugian piutang pada ayat jurnal penyesuaian adalah selisih antara jumlah
saldo yang harus Nampak dengan saldo yang ada dalam rekening cadanagn.
Seandainya neraca saldo menunjukkan rekening
cadangan kerugian piutang dengan saldo kredit sebesar Rp528,00, jurnal
penyesuaian yang dibutuhkan adalah Rp 1.700,00 (Rp2.228,00 – Rp528,00) :
Des 31 Kerugian Piutang ………………………….. Rp 1.700,00
Cadnagn
Kerugian Piutang ………... Rp
1.700,00
(untuk
menyesuaikan rekening cadangan)
Setelah jurnal penyesuaian diaas dibukukan ke buku
besar, maka rekening kerugian piutang dan rekening cadangan kerugian piutang di
buku besar akan nampak sebagai berikut :
Kerugia Piutang
31/12 1.700,00
Cadangan
Kerugian Piutang
Saldo
528,00
31/12 1.700,00
Saldo setelah
Disesuaikan 2.228,00
|
Kadang-kadang sebelum dibuat jurnal penyesuaian,
rekening cadangan kerugian piutang telah mempunyai saldo debet, Karena
penghapusan piutang yang dilakukan lebih besar dari pada jumlah cadangan yang
ditetapkan pada periode sebelumnya, dalam hal demeikian, pada waktu perusahaan
akan membuat jurnal penyesuaian, maka jumlah saldo debet tersebut harus ditambahkan
pada jumlah saldo cadangan yang dikehendaki (yang harus Nampak dineraca).
Sebagai contoh, seandainya sebelum penyesuaian dilakukan, saldo rekening
cadangan kerugian piutang telah memiliki saldo debetsebesar Rp500,00, maka angka
yang harus dicantumkan dalam ayat jurnal penyesuaian tersebut ini adalah Rp2.728,00
yaitu, Rp2.228,00 + Rp500,00.
Metode persentase dari piutang biasanya akan
menghasilkan perkiraan yang lebih baik tentang nilai tunai piutang yang bisa
direalisasi. Namun demikain, dasar ini kurang baik bila ditinjau dari segi
penandingan pendapatan dengan biaya apabila sejumlah debitur mempunyai masa
lewat waktu yang lebih dai satu tahun. Dalam hal demikian, kerugian piutang untuk
tahun ini akan meliputi pula kerugian piutang yang berasal dari penjualan tahun
sebelumnya.
Dalam praktek dijumpai pula penerapan metode
persentase dari piutang yang hanya menggunakan satu angka persentase. Penetapan
metode semacam ini tidak memperhatikan umur piutang, melainkan langsung
mengalikan angka persentase yang ditetapkan manajemen dengan jumlah saldo
piutang yang ada pada akhir tahun.
Metode
penghapusan piutang
Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka jumlah
kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak digunakan
rekening cadangan kerugian piutang. apabila suatu piutang diyakini tidak dapat
ditagih lagi, maka kerugian akibat piutang tersebut langsung didebetkan kedalam
rekening piutang dan rekening piutang dagang kredit. Sebagai contoh, misalkan
CV Serayu mempunyai piutang kepada CV Cimanuk sebesar Rp200,00 pada tanggal 12
November, manajer kredit CV Serayu memutuskan untuk menghapus piutang kepada CV
Cimanuk karena tidak mungkin ditagih. Apabila CV Serayu menggunakan metode
penghapusan langsung, maka pada tanggal tersebut dibuat jurnal sebagai berikut
:
Des 12 Kerugia
Piutang …………………………… Rp 200,00
Piutang
Dagang……………………. Rp
200,00
(Penghapusan piutang
pada CV Cimanuk)
Dalam
metode penghapusan langsung, rekening kerugian piutang hanya akan menunjukkan
jumlah kerugian yang sesungguhnya diderita, dan piutang dagang akan dilaporkan
dalam neraca sebesar jumlah brutonya. Selain itu biaya biaya (kerugian)
seringkali dilaporkan pada periode yang berbeda pada perode sebelumnya. Dengan
demikian ditinjau dari konsep penandingan (Matching Concept), metode ini tidak
memberikan gambaran penandingan yang tepat dalam laporan rugi-laba. Dipihak
lain neraca perusahaan juga tidak memberikan gambaran tentang nilai tnai
piutang yang dapat direalisasi. Oleh karena itu, metode penghapusan langsung
tidak diakui untuk pelaporan keuangan, kecuali bila kerugian-
piutang
kecil sekali jumlahnya.
Pengalihan piutang
Dalam keadaan normal, piutang diterima pelunasanya dalam bentukkas dan rekening piutang yang bersangkutan dihilangkan
dari pembukuan. akan tetapi bila piutang telah berkembang menjadi sedemikian
besar jumlahnya, maka penyelesaian piutang dengan cara “normal” seperti diatas
perlu diubah. Perusahaan-perusahaan yang memiliki piutang dalam jumlah besar
seringkali berusaha untuk mempercepat penerimaan kas dari piutangnya dengan
cara menjual atau mengalihkan piutang tersebut kepada perusahaan lain sehingga
dapat segera memperoleh kas, dan dengan demikian memperpendek jarak siklus
operasi dari kas ke kas.
Perusahaan
bersedia untuk mengalihkan piutang kepada pihak lain karena beberapa alas an.
Pertama, dalam situasi uang ketat perusahaan sulit mandapatkan pinjaman untuk
memenuhi kebutuhan kasnya. Selain itu tingkat bunga pinjaman juga cukup tinggi,
oleh karena itu piutang sedapat mungkin harus segera diubah menjadi kas meski
tidak melalui cara yang biasa. Kedua, penagihan piutang seringkali memakan
waktu yang cukup lama dan kadang-kadang memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh
karena itu perusahaan bersedia menerima kas yang lebih kecil dari jumlah yang
seharusnya diterima dari piutang, asalkan kas dapat diterima lebih cepat.
Dinegara-negara
yang telah perekonomiannya telah berkembang, dikenal berbagai cara pengalihan
piutang, misalnya: penjualan piutang kepada lembaga keuangan, penggadaian
piutang, dan penjualan dengan kartu kredit (Credit Card). Di Indonesia
penjualan dan penggandaan piutang telah mulai dikenal, walaupun belum populer.
Cara yang cukup luas dikenal adalah penjualan dengan kartu kredit yang akan
diuraikan lebih lanjut di bawah ini.
Penjualan
Dengan Kartu Kredit
Dalam penjualan biasa ,terdapat dua pihak yang melakukan transaksi yaitu
penjual dan pembeli. apabila penjualan dilakukan dengan kartu kredit, maka
terdapat tiga pihak yang terlibat, yaitu: (1) penjual, (2) penerbit kartu
kredit, dan ( 3) pembeli.
Ditinjau
dari sudut pembeli, apabila pembelian dilakukan dengan menggunakan kartu
kredit, maka penerbit kartu kredit akan membayar kepada penjual sebesar harga
barang yang dibeli. Selanjutnya pembeli akan membayar kepada penerbit kartu
kredit (atau mulai banyak) sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh
penerbit kartu kredit. Cara semacam ini sangat meringankan pembeli, Karena
pembayaran kepada penerbit kartu kredit bersifat longgar walaupun dibebanu
bunga, ditinjau dari pihak penjual, apabila penjualan dilakukan dengan kartu
kredit, maka penjual tidak mempunyai piutang kepada pembeli. Melainkan
dialihkan kepada penerbit kartu kredit. Sebagai perusahaan yang profesiona,
penerbit kartu kredit biasanya melakukan pembayaran dengan lancar dan tepat
waktu. Penerbit-penerbit kartu kredit yang terkenal adalah VISA, MasterCard,
American Express, dan Diners Club.
Keuntungan
yang diperoleh pihak penjual apabila penjualan dilakukan dengan waktu kredit
adalah :
1. Penyelidikan mengenai idebtitas
dan bonafiditas pembeli dilakukan oleh penerbit kartu kredit. Penjual tdak
perlu lagi bersusah payah melakukan hal ini sebagaimana terjadi pada penjualan
kredit biasa
2. Penjual tidak perlu lagi
menyelenggarakan buku pembantu piutang yang berisi catatan piutang kepada
masing-masing pembeli (debitur)
3. Penjual tidak lagi terlibat
dalam proses penagihan kepada pembeli, karena hal itu akan dilakukan oleh
penerbit kartu. Penjual hanya berhubungan dengan penerbit kartu kredit yang
peleksanaannya jauh lebih mudah dan sederhana
4. Penjual dapat menerima kas
lebih cepat dari penerbit kartu kredit.
Untuk
jasa yang diberikan oleh penerbit kartu, penjual harus membayar uang jasa (fee)
kepada penerbit kartu yang besarnya berkisar antara 2 sampai 6% dari harga
faktur. Uang jasa ini merupakan biaya yang harus dibayar oleh pihak penjual,
namun penjual umumnya tidak keberatan karena adanya keuntungan-keuntungan di
atas.
Penjual
dengan kartu kredit bagi penjual adalah merupakan penjualan secara kredit,
karena kas tidak segera diterima melainkan harus menunggu pembayaran dari
penerbit kartu. Akan tetapi piutang yang timbul dalam penjualan ini bukan
terhadap pembeli melaikan terhadap penerbit kartu. Sebagai contoh, misalkan
rumah makan sedap mengakui pembayaran dengan kartu kredit dari seorang pembeli
yang menggunakan kartu AMERICAN EXPRESS untuk melakukan dan minuman seharga Rp
30.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan ini adalah sebagai berikut :
Piutang Dagang ………………........ Rp 30.000,00
Penjualan ………………….. Rp 30.000,00
(penjualan dengan kartu kredit
America Express)
Apabila biaya jasa besarnya 5% maka
biaya jasa yang harus dibayar kepda kartu kredit adalah Rp 1.500,00 (5% x Rp 30.000,00). Dengan
demikian American Express akan membayar kepada rumah makan sedap sebesar Rp
28.500,00 yang akan dicatat dalam pembukuan rumah makan tersebut dengan jurnal
sebagai berikut :
Kas ………………………………… Rp 28.500,00
Biaya jasa kartu kredit
……………. 1.500,00
Piutang
Daggang …………. Rp
30.000,00
(penerimaan pembayaran
dari
Kartu kredie American Express)
Biaya
jasa kartu kredit dilaporkan dilaporan rugi laba sebagai biaya penjualan.
Sebenarnya biaya jasa kartu kredit harus dilaporkan pada saat penjualan
terjadi, bukan pada saat penerima kas dari penerbit terjadi, alasanya karna
pendapatan diperoleh Pada saat penjualan terjadi, Dn biaya penjualan
bersangkutan juga harus diakui pada saat yang sama. Namun demikian kebanyakan
perusahaan menunda pencatatan biaya tersebut sampai terjadi penerima kas dengan
pertimbangan bahwa biaya tersebut umumnya kecil jumlahnya.
Penanganan
penjualan dengan menggunakan kartu Visa dan Master Card sedikt berbeda.
Kebanyakan penjual memandang penjualan dengan Visa dan Master Card merupakan penjualan tunai. Kartu-krtu tersebut
dikeluarkan oleh bank, dan bila bank menerima slip (bukti) penjualan dari
penjual, maka bank akan segera membayarnya dengan menambahkan harga yang
tercantum dalam slip ke dalam rekening penjual di bank tersebut, bank juga
memungut biaya jasa secara bulanan berdasarkan total penjual selama bulan yang
bersangkutan dan membebabnkan pada rekening penjual di bank tersebut.
BAGIAN KEDUA - PIUTANG WESEL
Wesel dan Promes
Dalam dunia bisnis dikenal jenis piutang yang lain, yaitu apa yang
disebut wesel dan promes. Piutang ini dapat timbul karena transaksi penjualan secara kredit atau
juga bisa berasala dari pemberian pinjaman yang lebih di lakukan perusahaan. Apabila
ditinjau dari sdgi isinya, wesel dan promes mempunyai perbedaan yang cukup
besar. Penggunaan wesel dan promes di atur dalam kitab undang-undang hukum
dagang (KUHD) yang disebut sebagai surat berharga.
Surat
Wesel
Wesel adalah surat berharga yang berisikan perintah dari sipenarik kepada si
wajib pembayar untuk sejumlah uang tertentu yang disebut pada surat tersebut
orang lain yang ditunjuk. dengan kata lain wesel juga dapat diartikan sebagai
surat perintah yang ditulis oleh orang yang mempunyai tagihan, dialamatkan
kepada orang yang berutang, meminta agar jumlah uang yang tertulis dalam surat
tersebut di bayar pada tanggal yang telah ditetapkan, kepada orang-orang yang
namanya tertulis dalam syrat tersebut. Contoh surat wesel dapat dilihat pada
gambar 2-1.
Bentuk surat wesel bisa
bermacam-macam, asalakan memenuhi ketentaun-ketentuan yang termuat pada pasal
100 KUHD yang memberikan batasan-batasan sebagai berikut :
Yogyakarta,
1 Juni 1992
Rp
100.000,00
Sembilan puluh hari sesudah tanggal tersebut di atas,
harap tuan membayar atas penyerahan surat wesel ini kepada Ban Nusantara
Cabang Yogyakarta atau atas order, uang sejumlah :
===========
Seratus Ribu Rupiah ===========
Kepada
Yth.
Tuan
Bambang
Jalan
Kota Baru 15 (tanda
tangan)
Yogyakarta Sunarto
|
Materai
|
1. Di dalam surat wesel harus
terdapat tulisan “surat wesel”
2. Surat wesel adalah perintah tak
bersyarat untuk membayar uang sejumlah tertentu
3. Disebutkan nama orang yang
harus membayar
4. Ditentukan hari jatuh atau hari
pembayarannya
5. Disebutkan tempat pembayarannya
6. Disebutkan nama orang yang
ditunjuk
7. Dicantumkan tanggal dan tempat
penarikan (pembuatan)surat wesel
8. Dibubuhi tandatangan orang yang
menarik wesel
Beberapa
hal penting yang harus difahami, apabila kita membaca sebuah surat wesel adalah
:
1. Tanggal 1 juni 1992 disebut tanggal penarikan
2. Sembilan puluh hari menunjukkan
jangka waktu wesel. Hal ini berarti
bahwa tanggal jatuh wesel atau
tanggal surat wesel tersebut harus dilunasi adalah 90 hari sesudah tanggal 1
juni 1992
3. Sunarto disebut penarik wesel, sedangkan tuan bambang
disebut tertarik
4. Bang Nusantara cabang Yogyakarta
adalah pemegang wesel
5. Seratus ribu rupiah disebut nilai nominal wesel
6. Kata-kata “atas order” berarti
Bank Nusantara Cabang Yogyakarta adapat menunjukkan
pihak lain untuk melakukan penagihan pada tanggal jatuh tempo wesel
7. Kata “harap” mengandung arti
bahwa surat wesel adalah surat perintah
Undang-undang
mewajibkan penarik wesel untuk memberitahukan adanya penarikan wesel kepada
pihak tertarik. Di dalam praktek, agar wesel menjadi lebih kuat, biasanya pihak
yang berkewajiban membayar (tertarik) diminta untuk memberikan tanda tangan
wesel oleh pihak tertarik disebut akseptasi
yang berarti pengakuan dari pihak tertarik bahwa ia mengetahui akan
kewajiban untuk membayar wesel sebagaimana tersebut dalam surat wesel tersebut.
Akseptasi atau tandatangan persetujuan dicantumkan pada bagian pinggir atau di
bagian bawah surat wesel. Dengan demikain dalam surat wesel terdapat tiga
pihak, yaitu: penarik (Ssunarto), tertarik (Bambang), dan pemegang wesel (Bank
Nusantara Cabang Yogyakarta).
Surat
Promes
promes
adalah surat janji untuk membayar sejumlah uang pad tanggal tertentu. Kitab
undang-undang hukum dagang (KUHD) menetapkan bahwa surat promes harus memuat
hal-hal berikut :
1. “order clausule” atau “promess
an order”
2. Kesanggupan untuk membayar
denagn tiada syarat jumlah yang tercantun didalamnya
3. Hari jatuh atau hari
pembayarannya
4. Tempat pembayaran promes
5. Nama pemegang promes atau orang
yang ditunjuknya
6. Tanggal dan tempat pembuatan
promes
7. Tandatangan penarik (pembuat)
promes
Ditinjau
dari sudut pemegang wesel atau promes, kedua surat berharga tersebut merupakan
piutang dan dicatat dalam rekening piutang wesel, sedangkan bagi pihak yang
berkewajiban untuk membayar (tertarik) maka, wesel dan promes adalah merupakan
utang dan dicatat dalam rekening utang wesel.
Perbedaan
antara wesel dan promes adalah sebagai berikut :
WESEL
|
PROMES
|
a) Wesel adalah surat perintah
untuk membayar
b) Penarik dan yang
berkepentingan terdiri atas dua pihak
c) Yang membuat adalah pihak
mempunyai piutang
d) Memerlukan akseptasi.
|
a) Promes adalah surat janji
untuk membayar
b) Penarik dan yang
berkepentingan berada di satu tangan
c) Yang membuat adalah pihak
yang berutang
d) Tidak memerlukan akseptasi.
|
Contoh
sebuah surat promes dapat dilihat dari gambar 2-2 berikut ini.
Yoyakarta,
5 Januari 1992
Enam puluh hari sesudah tanggal di atas, yang berta
tangan di atas, yang bertanda tangan di bawah ini saya, Sutrisno – Direktur
PT Cakaka Jalan Kapuas 15, Yogyakarta, sanggup membayar kepada CV Permata –
Jalan Serayu, Yogyakarta, atau orang yang ditunjuknya, uang sejumlah :
=========
Lima Ratus Ribu Rupiah ========
Kepada
Yth,
CV.
Permata
Jalan
Serayu (
Tanda tangan )
Yogyakarta sutrisno
|
Rp 500.000,00
|
Materai
|
Dari
perbandingan di atas, terlihat jelas bahwa wesel tidaklah sama dengan promes,
baik dari proses pembuatanya maupun isinya, namun di tinjau dari segi
akuntansi, keduanya di pandang sama. Keua jenis surat tersebut merupakan bukti
adanya piutang. Dalam akuntansi. piutang yang di dukung denagn bukti yang berupa
surat wesel maupun promes disebut piutang wesel. Oleh karena itu istilah
piutang wesel harus diartikan sebagia piutang yang didukung dengan bukti surat
wesel ataupun surat surat promes.
Bila
dibandingkan dengan piutang dagang, piutang wesel mempunyai kekuatan hukum yang
menmpatkan pemegang wesel atau promes pada posisi yang kuat untuk dapat menagih
piutang pada waktu yang telah ditentukan. Wesel dan promes juga bisa
dipindahtangankan (dijual) apabila si pemegang sewaktu-waktu membutuhkan kas.
PENENTUAN TANGGAL JATUH
Saat
jatuh (tanggal harus dibayar) sebuah surat wesel dapat dinyatakan dengan tiga
cara :
1. Atas
penagih,
artinya pihak tertarik akan membayar wesel pada saat di tagih oleh pemegang
wesel. Dalam hal ini tidak disebutkan secara pasti tanggal penagihannya
2. Pada tanggal tertentu, artinya tanggal jatuh ditulis eksplisit dalam
surat wesel. Contoh: pada tanggal 23 juli 1992 harap dibayar …… (atau saya
berjanji akan membayar ……. )
3. Pada akhir masa tertentu, artinya setelah sekian hari, bulan atau tahun,
wesel harus dibayar. Contoh: enam puluh hari sesudah tanggal tersebut di atas
……….
Apabila
jangka waktu sebuah wesel dinyatakan dalam bulan, maka jangka jatuh dihitung
dengan jumlah bulan dari tanggal penarikan wsel. Sebagai contoh, tanggal jatuh
wesel yang bejangka waktu 3 bulan yang tanggal penarikannya 1 mei adalah 1
agustus. Wesel yang ditarik pada tanggal terakhir dari suatu bulan, tanggal
jatuhnya adalah pada hari terahir bulan (atau bulan-bulan) berikutnya, Contoh.
Wesel yang ditarik tanggal 31 juli untuk jangka waktu 2 bulan akan jatuh pada
tanggal 39 september. Apabila jangka waktu wesel dinyatakan dalam hari (seperti
dalam contoh di atas), maka perlu dihitung jumlah hari yang tepat, sehingga
dapat ditentukan tanggal jatuhnya. Dalam hal ini untuk menghitung tanggal
jatuh, maka tanggal penarikan wesel
tidak ikut dihitung sedangkan tanggal jatuh wesel ikut di perhitungkan, sebagai
contoh, tanggal jatuh sebuah wesel yang berjangka waktu 60 hari dengan tanggal
penarikan 17 juli adalah 15 septeber. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jangka
waktu wesel ………………………………………… 60
Juli
(31 - 17) ……………….. 14
Agustus
…………………….. 31
45
Tanggal
jatuh, September …………………………………… 15
|
WESEL
BERBUNGA DAN WESEL TIDAK BERBUNGA
Wesel
dapat dibedakan menjadi wesel berbunga
dan wesel tidak berbunga, suatu
wesel disebut wesel berbunga apabila dalam wesel disebutkan suatu tingkat bunga
tertentu, sedangkan wesel tidak berbunga adalah yang tidak menyebutkan tingkat
bunga tertentu. Jika wesel disebutkan suatu
tngkat bunga tertentu (biasanya dinyatakan dalam persen), maka tertarik harus
membayar wesel tersebut pada tanggal jatuhnya sebesar nilai nominal wesel
ditambah sejumlah bunga, yang dihitung atas dasar persentase bunga sebagaimana
tertulis dalam surat wesel tersebut.
Seperti telah disebutkan di atas, piutag wesel
biasanya timbul karena danya penjualan kredit atau karena perusahaan memberikan
pinjaman uang kepada orang atau perusahaan lain. Bila penjualan dilakukan
secara kredit maka harga jual biasannya ditentukan lebih tinggi juka
dibandingkan dengan harga untuk penjualan tunai. Misalkan, barang dagangan
dijual secara tunai denagn harga Rp 100.000,00. Jika pembayaran ditunda hingga
tiga bulan kemudian maka, penjualan dapat meminta agar pembayarannya dilakukan
dengan wesel sebesar Rp 100.000,00. Ditambah sejumlah bunga, misalnya 6%
setahun. Harga dapat juga ditetapkan sebesar Rp 102.500,00 dan dapat dibayar 3
bulan kemudian. Pada hakekatnya selisih antara harga tunai dengan harga jual
secara kredit sebesar Rp 2.500,00 ini juga merupakan bunga, hanya saja tidak
dinyatakan secara jelas sebagai bunga.
Perlakuan akuntansi terhadap wesel berbunga dengan
wesel tidak berbunga agar berbeda disebabkan oleh adanya unsure bunga ini. Pada
wesel berbunga perlu dicatat dengan jelas mengenai jumlah bunga yang
diperhitungkan, sedangkan pada wesel tidak berbunga tidak diperlukan pencatatan
atas bunga.
PERHITUNGAN
BUNGA
Rumus
dasar untuk menghitung bunga pad wesel berbunga adalah sebagai berikut :
x x =
|
Nilai Nominal
Wesel
|
Tingkat Bunga Per Tahun
|
Jangka
waktu dalam pecahan dari setahun
|
BUNGA
|
Tingkat
bunga yang tertulis dalam surat wesel adalah tingkat bunga setahun. Faktor
jangka waktu dalam perhitungan di atas, dinyatakan dalam pecahan darisetahun,
miisalkan dalam sebulan akan ditulis menjadi 3/12. Apabila jangka waktu wesel
dinyatakan dalam hari di bagi dengan 365. Sebagai contoh, jika jangka waktu
wesel adalah 60 hari, maka dalam perhitungan bunga jangka waktu akan dinyatakan
sebagai 60/365. Berikut ini adalah contoh perhiyungan bunga :
Data Dalam Wesel
|
Perhitungan Wesel
|
Rp 730, 18% 120 hr
Rp
1.000, 15% 6 bln
Rp
2.000, 12 % 1 bln
|
Nominal x
Bunga x Wktu
= Bunga
Rp 730
x 18% x
120/365 = Rp 43,20
Rp1.000 x
15% x 6/12
= Rp 75,00
Rp2.000 x
12% x 1/1 = Rp240,00
|
Dalam
praktek berlaku berbagai cara perhitungan bunga. Sebagai contoh, dalam
perjitungan di atas dianggap bahwa jumlah hari yang di gubakan dalam setahun
adalah 365 hari (atau 366 hari untuk tahun kanisat). Tetapi tidak semua lembaga
keuanganmenggunakan 365 hari, banyak diantaranya menggunakan 360 hari.
Penggunaan angka 360 hari ini sebenarnya lebih menyenangkan karena
perhitungannya menjadi lebih mudah. Pembagian dengan angka 360 jauh lebih mudah
dari pembagian dengan 365. Selain itu pemakaian angka pembai 365 juga lebih
menguntungkan, karena semakin kecil angka pembagi akan semakin besar
perhitungan bunganya.
Akuntansi untuk piutang wesel
Masalah-masalah
pokok dalam akuntansi untuk piutang wesel tidak berbeda dengan apa yang telah
dibahas pad piutang dagang, yaitu :
1. Pengakuan piutang
wesel
2. Penilaian piutang
wesel
3. Pelimpahan piutang
wesel
Pengkuan
Piutang Wesel
Suatu
piutang wesel mungkin timbul (1) bersamaan dengan transaksi penjualan, atau (2) pemberian pinjaman uang, atau (3) karena
perubahan dari piutang dagang menjadi piutang wesel. Dalam hal yang terakhir,
piutang merupakan perubahan piutang dari perubahan piutang dagang karena
debitur ingin memperpanjang jangka waktu pelunasan dan perusahaan memandang
bahwa debitur beresiko tinggi. Berikut adalah jurnal yang harus dibuat untuk
mengakui timbulnya piutang dagang dalam ketiga situasi di atas.
(1)
Piutang wesel dari penjualan kredit
Misalkan
pada tanggal 1 Juni 1992, PT Melati menjual barang kepada CV Indragiri Rp
100.000,00. Untuk itu PT Melati menghadaki agar piutangnya dikatkan dengan
surat wesel yang disetujui oleh CV Indragiri dengan nilai nominal wesel Rp
102.500,00, dan berjangka waktu 3 bulan, jurnal yang dibuat oleh PT Melati
untuk mengakui timbulnya piutang wesel dan penjualan adalah sebagai berikut :
Juni 1 Piutang
wesel ……………………… Rp 102.500,00
Penjualan
…………………... Rp 102.500,00
(Untuk mencatat
piutang wesel
kepada
CV Indragir)
(2)
Piutang wesel dari pemberian
pinjaman
Misalkan,
pada tanggal 1 Mei 1992, PT Nusa Indah memberikan pinjaman uang kepada CV
Barito sebesar Rp 100.000,00. Untuk itu CV Barito menyerahkan selembar Promes,
60 hari, bunga 12%. jurnal yang dibuat oleh PT Nusa Indah untuk mencatat
timbulnya piutang wesel dan penegeluaran kas adalah sebagai berikut :
Mei 1 Piutang
Wesel ……………………... Rp 100.000,00
Kas…………………………. Rp 100.000,00
(Untuk mencatat
piutang wesel
kepada
CV Barito)
Dalam
hal wesel berbunga seperti pada contoh di atas, bunga wesel belum
diperhitungkan pada saat wesel diakui. Pendapatan bunga akan diperhitungkan
pada saat perusahaan akan menerima penyelesaian wesel.
(3)
Piutang wesel dari perubahan
piutang dagang
Misalkan
PT Merapi mempunyai piutang dagang kepada PT Sindor0 sebesar Rp100,000-
yang jatuh
pada tanggal 30 Juni 1992. Pada anggal 1 juli 1992, PT Sandoro minta kepada PT
Merapi agar kewajibannya diubah dengan menyerahkan sebuah promes berniilai
normal RP 100.000,00, bunga 18% jangka waktu 90 hari. Apabila hal tersebut
disetujui oleh PT Merapi, maka jurnal yang dibuat dalam jurnal pembukuan PT
Merapi adalah sebagai berikut :
Juli 1 Piutang
Wesel ……………………. Rp 100.000,00
Piutang
Dagang ………….. Rp
100.000,00
(Untuk mencatat piutang
wesel
Kepad PT Sindoro)
Penilaian
Piutang Wesel
Seperti
halnya piutang dagang, piutang wesel juga harus dilaporkan menurut nilai kas
(neto) yang bisa direalisi. rekening cadangan wesel untuk piutang wesel adalah
rekening. cadangan kerugian piutang. Perhitungan dan penaksiran kerugian
piutang wesel dan pencatatan kerugian piutang beserta cadangan kerugian piutang
untuk wesel, persis sama seperti piutang dagang. Jumlah piutang wesel yang
tidak akan dapat diterima pelunasannya dapat ditaksir dengan mengguunakan
metode persentase dari penjualan maupun dengan metode umur piutang.
Penyelesaian
Dan Pengalihan Piutang Wesel
Suatu
wesel mungkin akan disimpan perusahaan sambil menunggu hari jatuhnya, dan pada
saat tersebut nanti perusahaaan akan menerima pembayaraan dari pihak tertarik
sebesar nilai nominal wesel ditambah bunga dan selanjutnya perusahaan akan
mengakhiri piutang wesel yang bersangkutan. Akan tetapi kadang-kadang tidak
semua piutang wesel diterima pembayarannya, karenapihak tertarik mentaati
kewajibannya sehingga perlu diadakan penyesuaian. Selain itu, kadang-kadang
pihak pemegang wesel tidak selalu menunggu sampai hari jatuh wesel, melainkan
mengalihkannya pada pihak lain. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat
penerimaan penyelesaian (pembayaran) wesel dan perlakuan atas wesel yang tidak
silunasi akan diuraikan di bawah ini .
Penerimaan
penyelesaian wesel
Suatu
wesel dikatakan dilunasi apabila wesel tersebut dibayar secara penuh pada
tanggal jatuhnya. untuk wesel berbunga, jumlah yang dilunasi meliputi nilai
nominal wesel ditambah dengan bunga selama jangka waktu wesel tertentu.
Sebagai
contoh, PT Galunggung pada tanggal 1 Juni 1992, menerima selembar promes da
ri PT
Sumbing yang bernilai nominal Rp 100.000,00, bunga 9% jangka waktu empat bulan.
Dalam hal ini bunga dalam jangka waktu wesel akan berjumlah Rp 3.000,00 (Rp
100.000,00 x 4/12), dan nilai jatuh wesel adalah Rp 103.000,00. Apabila PT
Sumbing pada tanggal I Oktober menyelesaikan kewajibannya, maka jurnal yang
akan dibuat dalam pembukuan PT Galunggung adalah sebagai berikut :
Okt 1 Kas
………………………… 103.000,00
Piutang
Wesel ……...
100.000,00
Pendapatan
Bunga …
3.000,00
Seandainya
PT Galunggung menyusun neraca setiap tanggal 30 September, maka pada tanggal
tersebut PT Galunggung harus membuat penyesuaian untuk mengakui bunga yang
telah menjadi haknya sampai tanggal tersebut.
Sept 30 Piutang
Bunga …………………….. 3.000,00
Pendapatan
Bunga ………… 3.000,00
(Untuk mencatat bunga
wesel yang
akan diterima untuk masa 4
bulan)
Apabila
pada tanggal 1 0ktober, PT Sumbing melakukan penyelesaian wesel, maka jurnal
yang dibuat PT Galunggung adalah sebagai berikut :
Okt 1 Kas
………………………………… 103.000,00
Piutang
Wesel ……………... 100.000,00
Piutang
Dagang ……………
3.000,00
(Untuk mencatat
penyelesaian
piutang wesel – PT Sumbing)
dalam
jurnal di atas, rekening piutang bunga di kredit, karena piutang tersebut telah
dibuat melalui jurnal penyesuaian dan pendapatan bunga telah diakui pada
periode yang lalu.
Piutang
Wesel Tak Dapat Ditagih
Suatu
wesel tidak dapat ditagih apabila wesel tersebut tidak dibayar dalam jumlah
penuh pada tanggal jatuhnya, wesel yang tak dapat ditagih tidak dapat dialihkan
dan oleh karenanya harus diubah menjadi piutang dagang. Sebagai contoh,
misalkan pada tanggal 1 Oktober PT Sumbing tidak dapat menyelesaikan
kewajibannya. Dalam hal seperti ini, pada tanggal 1 Oktober dalam pembukuan PT
Galunggung harus dibuat jurnal sebagai berikut (misalnya piutang bunga belum
dicatat) :
Okt 1 Piutang
Dagang …………………… 103.000,00
Piutang
Wesel …………….. 100.000,00
Pendapatan
Bunga ………... 3.000,00
(Untuk mencatat piutang
wesel
Tak dapat ditagih)
Jurnal
di atas dibuat dengan anggapan bahwa piutang kepad PT Sumbing masih ada harapan
untuk bisa ditagih di masa yang akan datang, sehingga didebet rekening piutang
dagang. Akan tetapi, seandainya piutang tersebut tidak ada harapan lagi untuk
tidak ditagih, maka piutang wesel harus dihapus dengan jurnal sebagai berikut :
Okt 1 Cadangan
Kerugian Piutang ………. 100.000,00
Piutang
Wesel ……………... 100.000,00
Dalam
hal piutang wesel harus dihapus seperti dalam contoh di atas, maka tidak ada
pengakuan atas pendapatan bunga.
Pengalihan
Piutang Wesel
Surat
wesel adalah surat berharga yang bisa dipindahtangankan, artinya bisa dialihkan
dari suatu perusahaan atau seseorang kepada perusahaan atau orang lain, dan
dengan demikian bisa dijual untuk mendapatkan kas. Untuk mendapatkan uang
dengan cepat, pemegang weel kadang-kadang menjual piutang wesel kepada pihak
lain sebelum tanggal jatuh wesel. Pemegang wesel mengalihkan wesel dan
menyerahkannya kepada pembeli (biasanya sebuah bank), yang selanjutnya akan
menerima pelunasan wesel sebesar nilai jatuhnya pada tanggal jatuh wesel
tersebut.
Penjualan
piutang wesel sebelum tanggal jatuhnya disebut pindiskontoan piutang wesel karena pemegang wesel akan menerima
pembayaran yang jumlahnya lebih kecil dari pada nilai jumlahnya jatuh wesel
yang bersangkutan. Harga jual wesel yang lebih rendah ini akan menyebabkan
pendapatan bunga yang diterima pemegang wesel menjadi berkurang. Hal ini wajar,
karena bagian pendapatan bunga yang tidak jadi diterima ini merupakan harga
yang harus dibayar untuk penerima kas yang lebih cepat dari tanggal seharusnya
(tanggal jatuh wesel).
Sebagai
contoh, misalkan PT Singkarak mempunyai piutang wesel kepada PT Meninjau –
yang
ditarik pada tanggal 20 Oktober 1992. Nilai nominal wesel Rp 150.000,00, bunga
10%, jangka waktu 90 hari. Ini berarti wesel tersebut akan jatuh pada tanggal
18 Januari 1993. Pada tanggal 9 desember 1992, PT Singkarak mendiskontokan
wesel tersebut kepada Bank Nirwana dengan diskonto 12%. Tingkat diskonto ini
lebih tinggi dari bunga wesel, karena bank ini memperoleh pendapatan yang lebih
besar. PT Singkarak bersedia untuk menerima tariff diskonto yang lebih tinggi
ini karena inginmemperoleh kas lebih cepat. Periode doskonto dalam kasus ini
adalah 40 hari (22 hari di bulan desember dan 18 hari pada bulan januari).
Nilai wesel didiskonto (discounted value) adlah jurnal pembayaran yang diterima
oleh PT Singkarak dari bank. Perhitungan nilai wesel didiskonto adalah sebagai
berikut :
Nilai nominal wesel ………………………………………. Rp150.000,00
Ditambah :
Bunga (Rp 150.000 x 10% x 90/360) ……………………..
3.750,00
Nilai jatuh wesel ………………………………………….. Rp 153.750,00
Dikurangi :
Diskonto (Rp 153.750,00 x 12% x 40/360) ……………… 2.050,00
Harga jual wesel (nilai wesel didiskonto) ……………….. Rp
151.700,00
|
Pada
tanggal jatuh tempo, bank menerima Rp 153.750,00 dari pihak tertarik yang
berarti memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.050,00 (Rp 153.750,00 – Rp
151.700,00).
Dalam
perhitungan di atas perlu diperhatikan dua hal penting, yaitu: (1) diskonto
dihitung dari nilai jatuh (nilai nominal
ditambah bunga), bukan dari nilai bunga wesel, kecuali jika wesel tidak
berbunga, dan (2) periode diskonto dihitung mundur ku belakang mulai dari
tanggal jatuh (18 januari 1993)sampai tanggal pendiskontoan wesel (9 Desember
1992). Perhatikan diagram berikut ini :
20 Okt. 1992 90
hari 18
Jan. 1993
Nominal + Bunga = Nilai Jatuh
Rp 150.000,00 Rp 3.750,00 Rp 153.750,00
9 Des. 1992 Diskonto 18 Jan.
1993
Diskonto = Diskonto - Nilai Jatuh
Rp 151.700,00 Rp
2.050,00 Rp
153.750,00
|
jurnal
yang harus dibuat adalah oleh PT Singkarak untuk mencatat pendiskontoan wesel
diatas adalah sebagai berikut :
Des 1 Kas
………………………………… 151.700,00
Piutang
Wesel ……………... 150.000,00
Pendapatan
Bunga ………… 1.700,00
(Untuk mencatat
pendiskontoan
wesel – PT Maninjau)
Seandainya
nilai pendiskontoan wesel dari suatu piutang lebih kecil dari pada nilai
nominal wesel, maka selisihnya didebetkan ke rekening biaya bunga.
PIUTANG
WESEL DENGAN ANGSURAN
Dalam
uraian di atas dianggap bahwa wesel akan diterima pembayarannya secara penuh
pada tanggal jatuhnya. Dalam praktek kita jumpa juga wesel yang pembayarannya
diangsur selama jangka waktu wesel. piutang semacam ini disebut piutang wesel dan angsuran karena wesel
ini memiliki periode untuk mengangsur pokok pinjaman dan bunga selama jangka
waktu tertentu yang akan datang. Setiap penerimaan angsuran akan terdiri dar
(1) bunga dari pokok pinjaman yang belum di bayar, dan (2) pengurangan atas
pokok pinjaman. Pendapatan bunga setiap periode angsuran semakin menurun,
sedangkan angsuran pokok pinjaman semakin bertambah.
Piutang
wesel dengan angsuran pada saat timbul akan dicatat sebesar nilai nominalnya,
dan selanjutnya dibuat jurnal untuk mencatat angsuran yang telah dilaksanakan.
Sebagai contoh, miisalkan Bank Nusantara menyetujui untuk memberi pinjaman
kepada CV Ciliwung sebesar Rp 500.000,00. Untuk itu CV Ciliwung menandatangani promes, bunga 12% per tahun,
dengan angsuran tetap setengah tahunan yang besarnya Rp 33.231,00. Daftar
angsuran wesel yang dibuat oleh Bank Nusantara untuk dua tahun pertama adalah
sebagai berikut :
(A) (B)
(C) (D)
Periode Penerimaan
Pendapatan Pengurangan Saldo
Bunga Kas Bunga Pokok pin – Pinjaman
Tengah jaman
Tahunan
1/1/90 Rp500.000
30/6/90 Rp33.231 Rp30.000 Rp3.231 496.769
31/12/90 33.231 29.806 3.425 493.344
30/6/91 33.231 29.601 3.630 489.714
31/12/91 33.231 29.383 3.848 485.866
|
Jurnal untuk mencatat timbulnya wesel dan penerimaan
angsuran pertama adalah sebagai berikut :
Jan. 1 Piutang Wesel …………………………….. 500.000,00
Kas
………………………………... 500.000,00
(Untuk
mencatat penerimaan pertama
Wesel
dengan angsuran CV Ciliwung)
Dalam neraca. Angsuran atas pokok pijaman untuk
tahun berikutnya dilaporkan sebagai aktiva lancar, sedangkan sisa pokok
pinjaman lainnya dilaporkan sebagai aktiva tak lancar. Dengan demikian dalam
neraca yang disusun pada tanggal 31 Desember 1990, saldo rekening piutang wesel akan dilaporkan sebesar
Rp493.344,00, dari jumlah tersebut sejumlah Rp7.478,00 (Rp3.630,00 +
Rp3.848,00) dicantumkan sebagai aktiva lancar, dan Rp485.866,00 (Rp493.344,00 +
Rp7.478,00) sebagai aktiva tak lancar (aktiva jangka panjang).
Piutang wesel dengan angsuan dan wesel jangka
panjang lainnya biasanya dijamin dengan suatu hipotik, artinya pinjaman dijamin
dengan kekayaan tertentu milik si peminjam. Apabila si peminjam tidak
melaksanakan kewajibannya, maka jaminan dapat dijual agar pelunasan tetap
berjalan sebagaimana diperjanjikan. Wesel hipotik (mortgage notes) biasanya
diminta oleh lembaga keuangan, bila seseorang bermaksud meminjam uang untuk
membeli rumah atau bila perusahaan membutuhkan kas untuk membeli aktiva tetap
yang mahal harganya.
PENYAJIAN
PIUTANG DALAM NERACA
Apabila
perusahaan mempunyai berbagai jenis piutang ,maka dalam neraca piutang harus
diklasifikasi menurut jenisnya,atau dalam catatan atas laporan keuangan.wesel
jangka pendek (kurang dari setahun) dicantumkan dalam neraca di bawah investasi
sementara pada bagian aktiva lancer. Selain itu, piutang wesel juga harus
dilaporkan dalam jumlah bruto maupun cadangan kerugian piutangnya. Pelaporan
piutang dalam neraca suatu perusahaan dapat dilihat pada contoh di bawah ini.
Dalam
laporan rugi laba, biaya kerugian piutang dilaporkan dalam kelompok biaya
penjualan pada bagian biaya operasi. Biaya bunga dikelompokkan dalam biaya
lain-lain, dan pendapatan bunga dalam kelompok pendapatan lain-lain.
Piutang
Piutang
wesel……………………………………….. Rp.
1.660.000,00
Piutang
dagang……………………………………...
37.510.000,00
Piutang
lain-lain…………………………………….. 6.070.000,00
Total piutang………………………………………
Rp.45.240.000,00
Kurangi
:
Cadangan
kerugian piutang……………………………..
1.050.000,00
Piutang bersih……………………………………..
Rp. 44.190.000,00
|
lengkap contohnya nih. makasih artikelnya gan.
BalasHapusSemoga info ini bermanfaat juga, memang banyak orang yang ingin sukses udaha dagang nya tanpa dibarengi dengan kualitas produk & pelayanan yang dijualnya. Bagaimana bisa? Karena yang namanya cara dagang memang perlu adanya peningkatan kualitas barang dagangannya. Tak perlu melakukan hal yang repot seperti belajar bisnis atau kursus online, seperti wanita yang ingin belajar materi dalam hal kecantikan (tata rias) di tempat penghasil bahan-bahan maklon kosmetik aman tidak berbahaya. Umumnya orang dagang sudah punya banyak pengalaman sebagai usaha nyata (lahir) nya, tapi terkadang masih kurang mengerti ilmu pelarisan seperti dalam usaha batin nya. Maka dari itu silakan coba mengimbangi dengan sarana batin, seperti menggunakan sarana pelarisan. Banyak orang yang bilang sebaiknya memang usaha nyata (lahiriah) dengan usaha batiniahnya harus seimbang. Berbicara masalah pelarisan dagang, ada yang pernah menyarankan menggunakan sebuah JIMAT yang katanya AMPUH. Informasi selengkapnya
saya peroleh dari DISINI>> JIMAT PELARISAN
Semoga bermanfaat.